Selasa, 13 September 2016

BAUKSIT

  Image result for animasi bergerak

 

Proses Terbentuknya Bauksit

  • Perlu dipahami bahwa bauksit adalah batuan, bukan mineral tunggal. Menurut definisinya, bauksit terdiri dari tiga dominan mineral aluminium hidrat (gibsit, boehmite dan diaspora) yang terasosiasi dengan mineral lempung (kaolin), kuarsa, bijih Fe, bijih Fe-Ti dan beberapa mineral lainnya. Bauksit terbentuk dari berbagai batuan, di India, bauksit terbentuk dari batuan basaltik, tapi di Queensland, deposit bauksit terbentuk dari kaolin. Singkatnya, batuan yang kaya unsur alumina, rendah silika dan Fe dapat menghasilkan deposit bauksit yang bernilai ekonomis.
  • Batuan Asal dan Proses Terbentuknya Bauksit

    Batuan seperti nepheline, syenite, granidorite, dan lain-lain, adalah batuan yang cocok untuk membentuk mineral aluminium hidrat. Batuan asal tersebut selanjutnya akan mendapatkan proses lateritisasi karena proses perubahan temperatur secara terus menerus, sehingga pada kondisi ini batuan akan mudah lapuk dan hancur. Pada musim hujan, air akan dan membawa elemen yang mudah larut, tetapi untuk elemen yang tidak larut akan tinggal di batuan yang selanjutnya membentuk residu, jika residu tersebut kaya aluminium maka inilah yang disebut bauksit laterit. Proses pengendapan bauksit membutuhkan daerah yang stabil, dimana proses erosi vertikal tidak aktif lagi. Kondisi ini biasanya terjadi di daerah "peneplain", tetapi tetap harus memerlukan sirkulasi air tanah untuk mengangkut elemen tersebut. 

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bauksit

    Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan bauksit seperti yang disebutkan oleh Alcomin (1974), adalah sebagai berikut:

    1. Sumber batuan yang kaya akan unsur-unsur Al.
    2. Wilayah Sub tropis dengan lingkungan penguapan yang tinggi.
    3. Suhu harian rata-rata >25ºC.
    4. Topografi bergelombang.
    5. Daerah Stabil (old continental/stadium tua).
    6. Formasi batuan yang berada diatas mata air permanen.
    Beberapa faktor eksternal juga dapat mempercepat proses pelapukan seperti struktur geologi, frekuensi curah hujan dan suhu harian yang tinggi (daerah subtropis), dan juga asam organik. Yang terakhir ini berasal dari tanaman yang akan menurunkan pH tanah menjadi <4. Pada pH <4 dan pH>9 elemen Al2O3 akan dilepaskan, tetapi SiO2 hanya akan terlepas pada pH> 9 - pH 10. Karena pH normal air tanah adalah 7 maka pada kedalaman tertentu  akan terjadi pelepasan Al2O3 dan SiO2, hal ini sudah tentu terkait dengan topografi yaitu pada kondisi slope yang pendek.
    Unsur-unsur lain seperti Ca, Na, K dan Mg  akan diangkut oleh air tanah melalui sistem drainase pada daerah rendah ke daerah yang cekung. Sedimentasi residu Al2O3SiO3 dan garam Fe pada pH antara 4 dan 9 disebabkan oleh normalisasi pH tanah pada kedalaman tertentu. Pada kondisi pH 4-9, silika dari feldspar alkali akan bercampur dengan air (H2O) membentuk silikat alumina hidrat dengan Al2O3 SiO3 dan H2O.
      Di daerah subtropis, dekomposisi dari kombinasi silikat akan berjalan lebih cepat sehingga akumulasi dari oksida besi dan aluminium akan membentuk kongkresi bauksit. Bentuk variasi dari kongkresi diantaranya adalah sub-rounded, tabular, memperlihatkan bentuk anhedral dalam matriks lempung, serta terkadang berupa lempung pasiran. Transportasi elemen terlarut dan sedimentasi residu sangat dipengaruhi oleh topografi. Di daerah dengan morfologi gelombang rendah dan stadium tua akan menghasilkan sirkulasi air tanah yang baik sebagai media transportasi elemen, tetapi dengan syarat erosi vertikal tidak terjadi lagi. Jensen dan Bateman, 1981 menjelaskan bahwa bauksit terbentuk sebagai sisa sedimentasi pada atau dekat permukaan. Sedimentasi terbentuk dari hasil akumulasi mineral aluminium silikat yang bebas massa kuarsa. Dalam proses konsentrasi tersebut, terjadi perubahan volume hingga konsentrasi mencapai nilai komersial untuk ditambang.

    Mineralisasi Selama Proses Pembentukan Bauksit

    Dalam bauksit ada preferensi untuk neomineralisasi hidroksida, oksida terhidrasi dan oksida Al, Fe dan Ti, tetapi dalam hal ini lapisan silikat dan kuarsa pun dapat terbentuk. Pembebasan unsur-unsur dari mineral atau batuan diatur oleh:

    1. Obligasi dalam kisi kristal mineral yang akan hancur;
    2. Kelarutan pada fase mineral sekunder;
    3. pH dan Eh dari larutan;
    4. Pengisian elemen, misalnya, Fe;
    5. Suhu dan konsentrasi pelapukan larutan;
    6. Ion lain dalam pelapukan larutan.

    Profil bauksit laterit
    Profil bauksit laterit di Kalimantan

    Bauksit di indonesia pada umumnya terbentuk dari proses sekunder berupa pelapukan (lateritisasi) pada batuan beku yang kaya akan mineral yang mengandung alumunium (feldspar) seperti granit, granodiorit, diorit, gabbro, dan andesit. Syarat bauksit yang bernilai ekonomis adalah mengandung elemen Al2O3 yang tinggi, tetapi rendah total silika (TSiO2) dan rendah reaktif silika (RSiO2).(http://www.geologinesia.com/2015/10/bauksit-laterit-dan-proses.html)

Potensi Dan penyebaran Bauksit

 

Bauksit adalah sumber bijih utama untuk menghasilkan aluminium. Bauksit bermanfaat untuk industri logam, kimia, dan matulergi. Indonesia memiliki potensi bauksit yang cukup besar dengan produksi mencapai 1.262.710 ton. Sebagian dari hasil pertambangan bauksit dimanfaatkan untuk industri dalam negeri dan sebagian lainnya diekspor. Bauksit ditambang di daerah Riau (Pulau Bintan) dan Kalimantan Barat (Singkawang).
Image result for animasi bergerak bumi
sumber:mbah google
Daerah sebaran penambangan bauksit

EKPLORASI DAN EKSPLOITASI

EKSPLORASI


. METODOLOGI
Metodologi        Pemantauan           dan       Evaluasi          Konservasi             yang           dipergunakan      adalah   sebagai   berikut :
Pengumpulan data dan informasi sekunder berupa studi literatur perpustakaan ata
u dokumentasi PT. Aneka Tambang Unit Penambangan Bauksit di Kijang yang berkaitan dengan kegiatan usaha  pertambangan sejak penyelidikan umum, eksplorasi, penambangan, pengolahan, sampai produksi.
• Pengumpulan data primer dengan cara melakukan pengamatan
secara rinci, membuat penampang geologi untuk bahan kajian dan pengambilan conto bahan galian di daerah penambangan untuk keperluan pendataan, pemantauan dan evaluasi.
 KEADAAN GEOLOGI, BAHAN GALIAN DAN PERTAMBANGAN  
  •  Litologi Pulau Bintan
Batuan Pulau Bintan dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
• Batuan pragranitik berupa formasi batuan sedimen klastik berumur Trias yang terdiri dari serpih dan
kuarsit
Batuan granitik berumur Yura yang terdiri dari granit, granodiorit, aplit granit, granit porfiri dan riolit. Kelompok batuan ini mengintrusi batuan pragranitik dan menyebabkan proses hidrothermal serta kontak pneumatolitik pada batuan sekitarnya. Dari proses ini terbentuk batuan asal  pembentuk endapan bauksit yaitu batuan hornfels berwarna hitam.
• Batuan sedimen batupasir dan lempung berumur Tersier.
  •   Stratigrafi Daerah Bintan
Stratigrafi Pulau Bintan dan sekitarnya berdasarkan penyelidikan di Pulau Bintan, Malaysia dan Kalimantan   Barat menunjukkan formasi-formasi batuan yang saling  berhubungan, sehingga stratigrafi Pulau Bintan diketahui tidak selaras berdasarkan tiga kelompok batuan yaitu batuan berumur Trias, intrusi granitik berumur Post Trias dan kelompok batuan pasir arkose dan serpih berumur Tersier Bawah.
  •   Genesa Bauksit
Bauksit terbentuk dari proses pelapukan kimiawi pada batuan yang mengandung kadar aluminium tinggi, besi rendah dan silika rendah atau tidak mengandung silika. Syarat-syarat terbentuknya laterit adalah : 1. Adanya reaksi kimia bagi proses penghacuran batuan. 2. Batuan asal yang memenuhi syarat bagi terbentuknya endapan bauksit berupa batuan intermediate. 3. Adanya perbedaan ketinggian dari permukaan batuan sehingga mobilisasi hasil pelapukan dapat  berlangsung dengan baik. 4. Tersedianya waktu yang cukup lama, dengan iklim tropis hingga subtropis. 5. pH tanah 5 - 7
SUMBER (www.scribd.com)
  
EKSPLOITASI
sumber:mbah google

Pada umumnya penambangan dibagi menjadi 3, yaitu (1) sistem penambangan tambang terbuka, (2) penambangan tambang bawah tanah dan (3) penambangan bawah air.

Bauksit adalah salah satu bahan galian logam yang keterdapatannya tidak jauh dari permukaan bumi dengan kata lain keadaan tanah penutup tidak terlalu tebal, hal ini bisa kita lihat dari genesa bauksit itu sendiri dimana bauksit merupakan hasil pelapukan yang terlarutkan. sehingga dalam proses penambangannya dapat dilakukan dengan Metoda Penambangan Terbuka.

Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone  dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral – mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.

Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.

Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.

Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah ;
  1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
  2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
  3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
  4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
  5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
  6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
  7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
PEMANFAATAN BAUKSIT
bauksit
sumber: Mbah Google

  • Pemanfaatan aluminium
Utamanya biji bauksit akan di lelehkan dan kemudian di olah untuk menjadi alumunium. Proses tersebut memakan proses yang panjang dan memerlukan tenaga listrik yang banyak sekali. Sejauh ini Negara yang memproses pengolahan bauksit menjadi alumunium adalah Australia. Negeri kanguru tersebut menjadi produsen bauksit dan alumina terbesar di dunia.
 
Sejauh ini Negara tujuan yang membutuhkan alumunium dari Australia adalah Negara-negara asia seperti jepang dan termasuk Indonesia. Cukup ironi memang, mengingat kita memiliki bahan biji bauksit namun kita tidak mampu mengolahnya dengan optimal untuk di jadikan alumunium. Sifat yang dimiliki alumunium sangat khas yaitu mampu mengahantar panas dengan efisien. Pemanfaatan Untuk Pembuatan Peralatan Sehari-Hari
Dari alumunium tersebut akan di buat berbagai perlatan yang dibutuhkan manusia sehari-harinya seperti.

  1. Bahan utama pembuatan wajan
  2. Pembuatan lapisan luar panci
  3. bahan paling luar pada kaleng makanan
Pemanfaatan Untuk Industri
Selain tu sifat yang dimiliki alumunium adalah memiliki berat yang ringan namun memiliki kerapatan yang cukup baik, secara kekuatan juga besar. Sehingga di gunakan untuk pembuatan teknologi di zaman modern ini, seperti.

  1. Pembuatan badan pesawat terbang
  2. Pembuatan atap sebuah pabrik atau rumah.
Pemanfaatan di Berbagai Keperluan Lainnya
Selain pemanfaat utama untuk dijadikan alumunium, bauksit juga memiliki banyak kegunaan untuk industry lainnya. Biji bauksit bisa di ubah menjadi sesuatu yang selama ini ada di sekitar kita, seperti:

  1. Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi
  2. di jadikan bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada mesin fotokopi.
  3. Di Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita kaset
  4. Bahan dasar pembuatan keramik
  5. Kandungan alumina pada bauksit juga di jadikan penyannga katalis pada proses penambangan lain untuk menghilangkan kotoran pada hasil tambang seperti minyak bumi, nitrogen, dan sulfur.  sumberLINK

REKLAMASI


Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Bauksit
Reklamasi lahan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan kerusakan lahan menjadi kondisi yang lebih baik atau bisa juga diartikan sebagai kegiatan mengubah lahan basah menjadi lahan yang bisa digunakan. Pada tulisan kali ini yang menjadi bahan tulisannya adalah pengertian reklamasi lahan sebagai upaya untuk mengembalikan kondisi lahan yang rusak ke kondisi alaminya.
Salah satu wilayah yang diadakannya reklamasi lahan akibat penambangan adalah lahan yang berada di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Disana dapat ditemukan pohon sawit dan karet yang tumbuh diatas tanah bekas penambangan bauksit milik PT Harita Prima Abadi Mineral ( Harita Group).
Dengan demikian reklamasi lahan menciptakan suatu keuntungan karena dapat dimanfaatkan lagi oleh pengguna selanjutnya yaitu masyarakat setempat untuk menunjang perekonomian dan menjadikan suatu pemberdayaan bagi masyarakat sekitar sehingga masyarakat yang terkena  dampak menjadi masyarakat yang Mandiri.
Akan tetapi dapat menjadi masalah apabila reklamasi lahan justru disalahgunakan. Masalah yang terjadi pada reklamasi lahan di Ketapang adalah berdirinya  perusahaan perkebunan sawit tanpa ada sosialisasi dengan masyarakat sebelumnya sehingga lahan tersebut menjadi kebun plasma dengan pola bagi hasil sebesar 80 berbanding 20 dan masyarakat dapat jatah 20 persen.
Perkebunan sawit  tersebut adalah PT. Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group. Sebuah kelompok perusahaan yang bergerak di  bidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA Group adalah salah satu divisi usaha dari Harita Group, yang berawal dari akuisisi PT. Karya Makmur Bahagia (KMB) pada 1997.
Image result for animasi bergerak terimakasih
SUMBER:pikir aja sendiri :P

Reklamasi adalah salah satu bentuk konkrit dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). PT. HPAM perusahaan yang memiliki core business mengelola sumberdaya alam (Tambang) telah menyadari sejak awal operasi bahwa kegiatan Tambang yang akan memiliki dampak terhadap social dan lingkungan. Hal tersebut sudah diantisipasi dan dikaji pada saat penyusunan dokumen AMDAL. Pertambangan Bauksit memiliki karakter yang berbeda dengan pertambangan besar lainnya. Kandungan mineral Bauksit pada umumnya terletak di dalam bumi sebelah atas pada kedalaman antara 1 – 2 meter dari atas permukaan tanah, berupa lapisan ore berbentuk undulasi dengan ketebalan bervariasi antara 1 – 4 meter dalam spot-spot kecil dalam bentang alam tidak terlalu luas dan berada pada topografi bergelombang. Teknik penambangan adalah open pit with strip mining, diawali dari kegiatan land clearing, pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil) , penggalian lapisan OB (overburden), lalu penggalian ore bauxite dengan menggunakan alat excavator dengan sistem strip. Teknik Tambang bauksit tidak menimbulkan adanya lubang besar (void) seperti pada Tambang lain seperti batu bara dan lain-lain. Setelah selesai pengambilan ore bauxite dilanjutkan dengan penataan lahan bekas tambang dengan cara menimbun lubang-lubang bekas tambang dengan lapisan tanah OB terlebih dahulu, lalu yang terakhir adalah pengembalian tanah pucuk, sedemikian rupa sehingga lahan bekas tambang tersebut dinyatakan layak/siap untuk ditanam (revegetasi). Dalam proses penataan lahan (re-shaping) tersebut juga dilakukan tindakan civil engineering dengan tujuan untuk pencegahan erosi dan sedimentasi. Kegiatan selanjutnya adalah penanaman (revegetasi). Tujuan revegetasi adalah : 1. Sesegera mungkin mengurangi dampak erosi dan sedimentasi akibat lahan terbuka pasca penambangan. Sebelum ditanami tanaman pokok disyaratkan ditanami tanaman kacang-kacangan (legume cover crops) yang berfungsi untuk pencegahan erosi permukaan (surface run off) dan menyuburkan tanah. 2. Menghindari terjadinya degradasi lahan dan dampak negatif lain akibat kegiatan penambangan. 3. Meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor usaha lainnya (pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dipras/reklamasi-lahan-bekas-tambang-bauksit-pt-hpam_5576ad9e319773ba4128e5fe
Reklamasi adalah salah satu bentuk konkrit dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). PT. HPAM perusahaan yang memiliki core business mengelola sumberdaya alam (Tambang) telah menyadari sejak awal operasi bahwa kegiatan Tambang yang akan memiliki dampak terhadap social dan lingkungan. Hal tersebut sudah diantisipasi dan dikaji pada saat penyusunan dokumen AMDAL. Pertambangan Bauksit memiliki karakter yang berbeda dengan pertambangan besar lainnya. Kandungan mineral Bauksit pada umumnya terletak di dalam bumi sebelah atas pada kedalaman antara 1 – 2 meter dari atas permukaan tanah, berupa lapisan ore berbentuk undulasi dengan ketebalan bervariasi antara 1 – 4 meter dalam spot-spot kecil dalam bentang alam tidak terlalu luas dan berada pada topografi bergelombang. Teknik penambangan adalah open pit with strip mining, diawali dari kegiatan land clearing, pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil) , penggalian lapisan OB (overburden), lalu penggalian ore bauxite dengan menggunakan alat excavator dengan sistem strip. Teknik Tambang bauksit tidak menimbulkan adanya lubang besar (void) seperti pada Tambang lain seperti batu bara dan lain-lain. Setelah selesai pengambilan ore bauxite dilanjutkan dengan penataan lahan bekas tambang dengan cara menimbun lubang-lubang bekas tambang dengan lapisan tanah OB terlebih dahulu, lalu yang terakhir adalah pengembalian tanah pucuk, sedemikian rupa sehingga lahan bekas tambang tersebut dinyatakan layak/siap untuk ditanam (revegetasi). Dalam proses penataan lahan (re-shaping) tersebut juga dilakukan tindakan civil engineering dengan tujuan untuk pencegahan erosi dan sedimentasi. Kegiatan selanjutnya adalah penanaman (revegetasi). Tujuan revegetasi adalah : 1. Sesegera mungkin mengurangi dampak erosi dan sedimentasi akibat lahan terbuka pasca penambangan. Sebelum ditanami tanaman pokok disyaratkan ditanami tanaman kacang-kacangan (legume cover crops) yang berfungsi untuk pencegahan erosi permukaan (surface run off) dan menyuburkan tanah. 2. Menghindari terjadinya degradasi lahan dan dampak negatif lain akibat kegiatan penambangan. 3. Meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor usaha lainnya (pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dipras/reklamasi-lahan-bekas-tambang-bauksit-pt-hpam_5576ad9e319773ba4128e5fe
Reklamasi adalah salah satu bentuk konkrit dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). PT. HPAM perusahaan yang memiliki core business mengelola sumberdaya alam (Tambang) telah menyadari sejak awal operasi bahwa kegiatan Tambang yang akan memiliki dampak terhadap social dan lingkungan. Hal tersebut sudah diantisipasi dan dikaji pada saat penyusunan dokumen AMDAL. Pertambangan Bauksit memiliki karakter yang berbeda dengan pertambangan besar lainnya. Kandungan mineral Bauksit pada umumnya terletak di dalam bumi sebelah atas pada kedalaman antara 1 – 2 meter dari atas permukaan tanah, berupa lapisan ore berbentuk undulasi dengan ketebalan bervariasi antara 1 – 4 meter dalam spot-spot kecil dalam bentang alam tidak terlalu luas dan berada pada topografi bergelombang. Teknik penambangan adalah open pit with strip mining, diawali dari kegiatan land clearing, pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil) , penggalian lapisan OB (overburden), lalu penggalian ore bauxite dengan menggunakan alat excavator dengan sistem strip. Teknik Tambang bauksit tidak menimbulkan adanya lubang besar (void) seperti pada Tambang lain seperti batu bara dan lain-lain. Setelah selesai pengambilan ore bauxite dilanjutkan dengan penataan lahan bekas tambang dengan cara menimbun lubang-lubang bekas tambang dengan lapisan tanah OB terlebih dahulu, lalu yang terakhir adalah pengembalian tanah pucuk, sedemikian rupa sehingga lahan bekas tambang tersebut dinyatakan layak/siap untuk ditanam (revegetasi). Dalam proses penataan lahan (re-shaping) tersebut juga dilakukan tindakan civil engineering dengan tujuan untuk pencegahan erosi dan sedimentasi. Kegiatan selanjutnya adalah penanaman (revegetasi). Tujuan revegetasi adalah : 1. Sesegera mungkin mengurangi dampak erosi dan sedimentasi akibat lahan terbuka pasca penambangan. Sebelum ditanami tanaman pokok disyaratkan ditanami tanaman kacang-kacangan (legume cover crops) yang berfungsi untuk pencegahan erosi permukaan (surface run off) dan menyuburkan tanah. 2. Menghindari terjadinya degradasi lahan dan dampak negatif lain akibat kegiatan penambangan. 3. Meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor usaha lainnya (pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dipras/reklamasi-lahan-bekas-tambang-bauksit-pt-hpam_5576ad9e319773ba4128e5fe
Reklamasi adalah salah satu bentuk konkrit dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). PT. HPAM perusahaan yang memiliki core business mengelola sumberdaya alam (Tambang) telah menyadari sejak awal operasi bahwa kegiatan Tambang yang akan memiliki dampak terhadap social dan lingkungan. Hal tersebut sudah diantisipasi dan dikaji pada saat penyusunan dokumen AMDAL. Pertambangan Bauksit memiliki karakter yang berbeda dengan pertambangan besar lainnya. Kandungan mineral Bauksit pada umumnya terletak di dalam bumi sebelah atas pada kedalaman antara 1 – 2 meter dari atas permukaan tanah, berupa lapisan ore berbentuk undulasi dengan ketebalan bervariasi antara 1 – 4 meter dalam spot-spot kecil dalam bentang alam tidak terlalu luas dan berada pada topografi bergelombang. Teknik penambangan adalah open pit with strip mining, diawali dari kegiatan land clearing, pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil) , penggalian lapisan OB (overburden), lalu penggalian ore bauxite dengan menggunakan alat excavator dengan sistem strip. Teknik Tambang bauksit tidak menimbulkan adanya lubang besar (void) seperti pada Tambang lain seperti batu bara dan lain-lain. Setelah selesai pengambilan ore bauxite dilanjutkan dengan penataan lahan bekas tambang dengan cara menimbun lubang-lubang bekas tambang dengan lapisan tanah OB terlebih dahulu, lalu yang terakhir adalah pengembalian tanah pucuk, sedemikian rupa sehingga lahan bekas tambang tersebut dinyatakan layak/siap untuk ditanam (revegetasi). Dalam proses penataan lahan (re-shaping) tersebut juga dilakukan tindakan civil engineering dengan tujuan untuk pencegahan erosi dan sedimentasi. Kegiatan selanjutnya adalah penanaman (revegetasi). Tujuan revegetasi adalah : 1. Sesegera mungkin mengurangi dampak erosi dan sedimentasi akibat lahan terbuka pasca penambangan. Sebelum ditanami tanaman pokok disyaratkan ditanami tanaman kacang-kacangan (legume cover crops) yang berfungsi untuk pencegahan erosi permukaan (surface run off) dan menyuburkan tanah. 2. Menghindari terjadinya degradasi lahan dan dampak negatif lain akibat kegiatan penambangan. 3. Meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor usaha lainnya (pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dipras/reklamasi-lahan-bekas-tambang-bauksit-pt-hpam_5576ad9e319773ba4128e5fe

3 komentar:

  1. Online Casino and Sports Betting in India
    Online Casino with Instant Play · Instant Play · Real money betting · kadangpintar Welcome หารายได้เสริม bonus · Live casino games · Jackpot. Bonus. 메리트 카지노

    BalasHapus